Sunday, September 23, 2012

Tempat Pariwisata


A. SELAYANG PANDANG KOTA PROBOLINGGO DAN PERKEMBANGANNYA
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota dari 38 kota atau kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Timur, yang terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa. Secara geografis Kota Probolinggo terletak pada 7°43’41” – 7°49’04” lintang selatan dan 113°10’ – 13°15’ bujur timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±4 meter di atas permukaan air laut.
Kota Probolinggo mempunyai luas wilayah 5.667.70 Ha dengan batas wilayah di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Dringu wilayah Kabupaten Probolinggo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Leces, Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Bantaran, dan Kecamatan Sumberasih yang ketiga-tiganya merupakan wilayah Kabupaten Probolinggo. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberasih wilayah Kabupaten Probolinggo.
Dalam perkembangannya Kota Probolinggo menerapkan kebijaksanaan pembangunan yang mementingkan kepentingan masyarakat. Hal ini tertuang dalam Visi Kota Probolinggo yaitu “Terciptanya Kota Probolinggo sebagai tujuan investasi yang kondusif, prospektif dan partisipatif”, dan Misi Kota Probolinggo yaitu “Terwujudnya masyarakat berakhlak mulia, mandiri, berkeadilan, sejahtera dan berwawasan lingkungan” yang sepenuhnya mengutamakan pembangunan yang berkesinambungan, terarah dan tepat sasaran.
Secara sosiologis Kota Probolinggo didominasi oleh masyarakat Jawa dan Madura dan beberapa etnis minoritas, diantaranya Tionghoa, Arab dan penduduk pendatang dari daerah lainnya, dengan jumlah penduduk sebesar 215.158 jiwa. Pada umumnya masyarakat Kota Probolinggo memiliki karakteristik sosial sangat toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Kondisi politik secara umum selama dekade terakhir sangat kondusif sekali. Karena masyarakat Kota Probolinggo sendiri telah mengalami perubahan karakteristik budaya dari masyarakat yang agraris menjadi masyarakat yang urbanis.

B. SEJARAH KOTA PROBOLINGGO
Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger sendiri dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerajaan Majapahit yang terkenal yaitu Mpu Prapanca.
Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gadjah Mada melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan tersebut dimaksudkan agar Sang Prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di pedesaan dan sekaligus melihat sejauhmana perintahnya dapat dilaksanakan oleh para pembantunya.
Dalam perjalanan inspeksi tersebut Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Baremi, dan desa Borang. Desa tersebut sekarang ini menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang).
Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Baremi, Banger dan Borang, disambut masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari Kamis Pahing (Respati Jenar) tanggal 4 september 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Perintah itulah yang akhirnya menjadi landasan sejarah hari lahirnya Kota Probolinggo.
Banger mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Pada masa pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger, diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.
Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Bolo Djolodrijo (Kiem Boen), seorang patih Pasuruan. Pada akhirnya Tumenggung Djojolelono diganti oleh Tumenggung Djojonegoro. Ketika Tumenggung Djojonegoro memegang pemerintahan, pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi PROBOLINGGO, dimana PROBO dalam bahasa sansekerta berarti sinar sedangkan LINGGO berarti tanda peringatan atau tugu. Hal ini ada hubungannya dengan cerita kuno  yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor) dan tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.
C. WISATA BAHARI DAN LINGKUNGAN
1. Pelabuhan Tanjung Tembaga
Pelabuhan Tanjung Tembaga adalah pelabuhan yang bersejarah, karena dahulu pada zaman penjajahan Jepang pelabuhan ini sebagai tempat pendaratan tentara Jepang dan bongkar muat keperluan penjajahan.
Pada perkembangannya Pelabuhan Tanjung Tembaga mengalami perubahan menjadi pelabuhan ikan, bongkar muat kapal-kapal besar, pelabuhan antar pulau serta pelabuhan transit bagi kapal-kapal dari daerah lain.
Selain berfungsi seperti yang disebutkan diatas, di Pelabuhan Tanjung Tembaga ini terdapat beberapa tradisi maupun acara yang sering diselenggarakan yaitu:
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun.
Petik Laut. Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisir pantai Kota Probolinggo.
Lomba Perahu Hias. Masyarakat pesisir secara beriringan berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.
2. Taman Manula
Para manula (lanjut usia) di Kota Probolinggo berbahagia dengan didirikannya Taman Manula yang berada di jalan Soekarno Hatta. Di area taman ini dibangun suatu Jogging Track sebagai area berolahraga, jalan paving yang berbatu sebagai area olahraga dan Tempat Pijat dengan memanfaatkan sumber daya manusia lokal.
Taman Manula ini sangat cocok diperuntukkan bagi manula, karena suasana tempat yang banyak ditumbuhi pepohonan sehingga terasa teduh dan sejuk. Semakin menambah kenyamanan bagi manula maupun pengunjung lainnya yang datang ke tempat ini.
3. Alun-Alun Kota Probolinggo
Alun-alun Kota Probolinggo merupakan salah satu tempat hiburan alternatif yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.  Alun-alun Kota Probolinggo terletak di tengah kota, sehingga sangat memudahkan masyarakat untuk berkunjung.
Selain lapangan, di Alun-alun Kota Probolinggo juga terdapat wahana atau taman bermain untuk anak-anak. Tidak ketinggalan juga disediakan taman bunga yang semakin menambah keindahan dan keasrian Alun-alun Kota Probolinggo. Hal inilah yang sering membuat masyarakat menjadi gemar melakukan olahraga bersama pada setiap hari Jumat dan Minggu.
Di tempat ini juga terdapat aneka jajanan bagi pengunjung yang gemar bersantai sambil menikmati jajanan khas pedagang kaki lima. Terutama di hari Minggu pada pagi hari terdapat event “Sunday Morning”, dimana pengunjung hanya akan menemui aneka jajanan yang hanya diperdagangkan pada hari itu saja. Selain itu pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan aneka tanaman hias yang diperdagangkan dengan harga terjangkau.
4. Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) / Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Berawal dari sebuah keinginan untuk dapat menyediakan suatu wahana rekreasi untuk bersantai dan wahana yang berwawasan studi lingkungan yang rindang, indah dan nyaman. Sangat cocok sekali untuk melepas kepenatan dunia kerja dan hiruk pikuk perkotaan. Maka dibuatlah Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL).
Taman wisata ini selain menampilkan aneka dan beragam jenis satwa, juga menghadirkan beraneka jenis tanaman dan pepohonan sehingga para wisatawan dan pengunjung tidak hanya sekedar berekreasi dan bersantai, namun juga bisa menambah pengetahuan akan flora dan fauna.
Selain disebut Taman wisata Studi Lingkungan (TWSL), masyarakat Kota Probolinggo juga mengenalnya dengan sebutan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Karena memang banyak terdapat pepohonan yang semakin menambah keasrian dan kesejukan.
5. Seribu Taman di Sepanjang jalan
Untuk memanfaatkan lahan tidur di seluruh penjuru wilayah Kota Probolinggo, Pemerintah Kota Probolinggo bersama dengan segenap lapisan masyarakat guna mewujudkan Kota Probolinggo yang Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi, Indah), maka membuat Seribu Taman di Sepanjang Jalan.  Selain itu Seribu taman di Sepanjang Jalan juga dapat dimanfaatkan sebagai “rest area” (tempat istirahat) bagi masyarakat.
6. Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Kompos
Sampah merupakan sesuatu yang dihasilkan karena adanya aktifitas manusia. Sampah secara umum dapat dibagi menjadi beberapa unsure seperti organik, plastik, kertas, kaleng, kaca, B3 dan lain-lainnya. sedangkan sampah organik merupakan prosentase terbesar dari unsur-unsur sampah tersebut.
Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dengan terlebih dahulu dijadikan kompos. Dengan pemanfaatan ini maka sampah yang terbuang akan bernilai ekonomis. Demikian pula terhadap jenis sampah lainnya.
Pada UPT Pengeloalaan Sampah dan Limbah, sampah organic diproses agar menjadi kompos atau pupuk organik. Kompos yang dihasilkan dijadikan beberapa jenis bentuk misalnya butiran, pellet. Jenis-jenis tersebut disesuaikan dengan kebutuhan atau selera pengguna pupuk organik.
D. WISATA RELIGI
1. Masjid Tiban
Diceritakan bahwa pembuatan masjid ini terjadi dalam waktu sekejap, seperti halnya cerita dalam pembuatan Candi Prambanan. Dari cerita itulah kemudian masjid ini diberi nama Masjid Tiban. Pada Masjid Tiban ini memiliki beberapa keunikan seperti adanya sebuah batu yang terdapat di halaman belakang yang konon dipercaya pernah menjadi tempat pertapaan Syekh Maulana. Keunikan lainnya adalah terdapat sumur tua yang airnya dipercaya mengandung khasiat untuk penyembuhan segala macam penyakit dan mencari jodoh dengan cara diminum atau di pakai untuk mandi.
Lokasi Masjid Tiban ini sangat strategis karena berada di pinggir jalan utama kota, sehingga memudahkan bagi masyarakat lokal maupun luar daerah untuk singgah melaksanakan ibadah.
2. Masjid Agung Roudhlotul Jannah
Masjid ini merupakan Masjid Agung kebanggaan masyarakat Kota Probolinggo. Karena letaknya di tengah kota, tepatnya di sebelah barat Alun-alun Kota, semakin menjadikan masjid ini ramai dikunjungi oleh masyarakat baik lokal maupun luar daerah.
Selain dipergunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini sering digunakan untuk kegiatan majelis atau belajar tulis Al-Quran serta kegiatan keagamaan lainnya. Di depan Masjid Agung juga terdapat kawasan pertokoan yang menjual berbagai barang kebutuhan muslim dengan harga yang terjangkau.
3. Gereja Merah
Bangunan gereja ini berada di tengah kota Probolinggo, tepatnya terletak di Jl. Suroyo 32 Probolinggo. Gereja ini dibangun pada tahun 1862.
Sebagai bangunan dengan usia 145 tahun, bangunan gereja ini masih terjaga keaslian bentuk dan keterawatannya. Ciri ornamen pada facade bangunan, seperti menara, pintu dan jendela, yang mengadopsi gaya gothic tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Selain nilai orisinalitas, nilai estetika pada bangunan ini juga dijaga dengan sangat baik. Kebersihan, serta perawatan pada fisik bangunan menjadikannya sebagai bangunan yang indah secara arsitektural.
Bangunan gereja ini termasuk dalam klasifikasi utama yaitu bangunan gedung dan lingkungannya yang secara fisik bentuk asli eksteriornya sama sekali tidak boleh diubah. Apabila terjadi perubahan yang signifikan pada bangunan ini dikhawatirkan akan merubah atau melunturkan makna sejarah dari bangunan gereja ini sendiri.
4. Makam Joyolelono
Makam yang berlokasi di Kampung Sentono Kelurahan Mangunharjo memiliki nilai historis yang tinggi. Kyai Joyolelono dahulunya merupakan Kepala Daerah Probolinggo pertama yang dilantik.
Makam Joyolelono merupakan simbol perjuangan bagi Probolinggo, karena atas jasa dan dedikasinya yang tinggi dapat menjadikan Probolinggo berkembang pesat. Untuk itulah dengan mengunjungi Makam Joyolelono merupakan suatu bentuk penghormatan bahwa sebagai generasi penerus tidak pernah melupakan jasa-jasa para pendahulunya.
5. Klentheng Sumber Naga
Klenteng Sumber Naga atau Tempat Ibadat Tri Dharma merupakan tempat ibadah satu-satunya bagi masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Probolinggo.
Berbagai acara keagamaan sering diselenggarakan di Klenteng Sumber Naga ini, dan jemaat dari Klenteng ini cukup besar. Tidak heran jika setiap acara keagamaan diselenggarakan antusiasme jemaat cukup tinggi, baik dari lokal Kota Probolinggo maupun luar Kota Probolinggo.
E. SENI DAN BUDAYA
1. Jaran Bodhak
Dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain. Walaupun belum diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran Bodhak” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat Kota Probolinggo, namun dari beberapa sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhak” diciptakan oleh orang-orang Kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan miskin mendambakan suatu seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan yang populer di kalangan masyarakat Kota Probolinggo adalah “Jaran Kecak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut “Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan.      Terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri ) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak”. Itulah “Jaran Bodhak”.
Pada masa kini (Kota Probolinggo masa kini) “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat Kota Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak hajatan Temanten Sunat.
2. Ludruk
Ludruk merupakan satu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari  masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Lain halnya dengan kesenian ketoprak yang dalam penyajiannya menampilkan cerita legenda atau sejarah yang dikemas apik dengan memakai busana dan bahasa jawa, ludruk lebih mengedepankan cerita heroik dengan setting kebanyakan mengenai kehidupan masyarakat Jawa Timur.
Ludruk tumbuh dan berkembang hampir di semua daerah di Jawa timur bagian timur, termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolinggo jelas memiliki perbedaan dibandingkan dengan ludruk-ludruk Surabaya atau daerah lainnya, yakni pada bahasa yang dipakai. Ludruk di Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Ngoko yang dicampur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan ataupun dialog para pemainnya.
Walaupun dari segi bahasa yang dipakai berbeda, tetapi dalam hal pakem masih memiliki cerita yang sama. Hanya di beberapa bagian atau adegan diselipkan adegan tambahan yang bercirikan Probolinggo. Dan kesenian ludruk ini sering ditemui pada  acara-acara hajatan.
3. Ojung
Tradisi Ojung adalah tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang dimainkan oleh dua orang. Kedua peserta ojung akan saling bergantian memukul tubuh lawannya. Jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar.
Tradisi ini memang mirip dengan olahraga Anggar, dimana warga diajak beradu teknik dan kemampuan saling memukul dengan menggunakan sebilah rotan. Terdapat aturan permainan dalam tradisi ini, yakni setiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing 3 kali. Bagi siapa yang banyak mengenai lawannya ketika memukul maka dialah yang menang.
Tradisi ini memiliki tujuan untuk menghindari datangnya bencana alam atau tolak bala dan selalu diselenggarakan pada setiap tahun. Keunikan lainnya dari tradisi ini adalah sebelum acara dimulai warga selalu melakukan ritual terlebih dahulu berupa permohonan doa kepada yang Maha Kuasa, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tanpa ganjalan yang tidak diinginkan.
4. Karapan Sapi Brujul
Karapan Sapi Brujul sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya. Kemudian dikembangkan menjadi perlombaan yang diadakan pada setiap musim tanam padi tiba. Karapan Sapi Brujul ini dilaksanakan di area persawahan.
Setiap sapi yang memenangkan perlombaan Karapan Sapi Brujul, dapat dipastikan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini sampai mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Karena antusias masyarakat yang cukup besar, Karapan Sapi Brujul ini dijadikan sebagai obyek wisata Kota Probolinggo. Sekarang ini perlombaan tersebut tidak lagi dilaksanakan pada musim tanam padi saja, namun di luar musim tersebut juga sering diselenggarakan.
5. Karapan Kambing
Karapan Kambing sebenarnya bermula dari sekedar menjadi obat kejenuhan  dalam keseharian setelah menjalani kewajiban sebagai petani atau pedagang. Karapan Kambing ini merupakan perlombaan yang digelar setiap satu tahun sekali.
Sama seperti halnya karapan sapi, kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), lalu kemudian diadu kecepatan dengan lawan pasangan lainnya.
Dalam Karapan Kambing, kambing-kambing yang dilombakan tidak dibedakan berdasarkan ukurannya baik besar atau kecil. Semua adalah kambing dengan jenis kelamin betina.
Ketika berada di arena perlombaan, kambing-kambing ini dilengkapi dengan beberapa peralatan. Beberapa peralatan yang digunakan diantaranya adalah jepitan telinga kambing, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat dari keleng kecil biasanya bekas dari korek api. Dan peralatan yang terpenting sebenarnya adalah balsam dan minyak angin. Karena pada beberapa bagian tubuh kambing akan dilumuri balsam dan minyak angin sehingga kambing tersebut akan merasakan kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.
Ciri dari kambing karapan yang bagus terletak pada bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan seperti nungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak. Postur yang demikian yang sering menang dalam perlombaan karapan kambing ini.
F. WISATA CAGAR BUDAYA
1. Tugu Alun-alun
Bangunan ini berada tepat di jantung Kota Probolinggo, tepatnya terletak di dalam Alun-alun Kota. Dibangun pada awal-awal masa kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1946, bangunan yang telah berusia 61 tahun tersebut masih terlihat cukup baik.
Makna sejarah bangunan ini sangat besar bagi Kota Probolinggo. Berbagai simbol kemerdekaan yang telah diraih oleh seluruh bangsa Indonesia, tugu tersebut masih terjaga keaslian bentuk dan keterawatannya. Proses pembersihan dan perawatan berkala yang cukup baik menyebabkan bangunan ini tidak mengalami perubahan fisik sejak awal didirikan 61 tahun silam.
Nilai estetika pada bangunan tugu ini sangat baik. Terletak pada lingkungan Alun-alun Kota Probolinggo yang bersih dan asri cukup menunjang fungsi monumentalitas dari tugu ini.
2. Monumen Alun-alun
Bangunan yang terletak di Alun-alun Kota Probolinggo ini, didirikan pada tahun 1946. Saat ini usia bangunan telah menginjak 61 tahun dan kondisi bangunan monument tersebut masih terjaga dengan baik.
Seperti halya bangunan Tugu Alun-alun, makna sejarah bangunan ini sangat besar bagi Kota Probolinggo. Sebagai sebuah bangunan yang bersifat monumen, bangunan tersebut juga masih terjaga keaslian bentuk dan keterawatannya.
3. Stasiun Kota Probolinggo
Bangunan Stasiun merupakan salah satu bangunan yang menjadi pintu gerbang masuk menuju Kota Probolinggo. Bangunan yang terletak di Jl. KH. Mansyur 48 Probolinggo ini, didirikan kurang lebih pada tahun 1920-1930. Hingga saat ini, bangunan telah menginjak usia kurang lebih 182 tahun dengan kondisi fisik bangunan yang masih terjaga dengan baik.
Ditinjau dari orisinalitas bangunan, hampir tidak terdapat perubahan yang berarti dari bentuk fisik awal bangunan sejak awal didirikan. Keaslian ornament-ornamen pada fascade dan ruang dalam masih terlihat. Gaya Yunani yang diterapkan pada gevel dan bentuk lengkung pada ornament jendela yang merupakan cirri khas gaya Baroque-Rococo serta bentuk lengkung gaya neoclassical pada ornament pintu masih terlihat keasliannya.
Orisinalitas yang masih tetap terjaga akan secara otomatis menimbulkan keindahan terhadap suatu bangunan. Hal inilah yang ada pada wajah Stasiun Kota Probolinggo.
4. Graha Bina Harja
Bangunan Graha bina Harja Kota Probolinggo terletak di Jl. Suroyo 17. Dibangun pada tahun 1940-an, bangunan yang telah berusia 67 tahun tersebut kondisinya masih cukup baik.
Orisinalitas bangunan masih terjaga dengan baik, ditambah dengan adanya ornament-ornamen di bagian depan khususnya semakin mempertegas bangunan ini. Graha Bina Harja ini termasuk salah satu bangunan yang memiliki makna historis bagi Kota Probolinggo.
5. Kantor Polisi Militer V/03
Bangunan ini berada di Jl. Suroyo 7 Probolinggo. Dibangun pada tahun 1940-an, bangunan yang telah berusia 67 tahun tersebut kondisi fisiknya masih terjaga sangat baik.
Kondisi fisik bangunan cukup baik, dengan tidak adanya kerusakan yang cukup berarti pada elemen bangunan. Hal tersebut dikarenakan system perawatan bangunan yang dilakukan sudah cukup baik. Dengan perawatan yang baik, maka nilai estetika bangunan menjadi meningkat.
6. Komplek Polres
Bangunan yang terletak di Jl. Dr. Saleh Probolinggo ini, didirikan kurang lebih pada tahun 1940-an. Hingga saat ini, bangunan Rumah Dinas ini telah berusia kurang lebih 67 tahun. Walaupun cukup tua, namun kondisi fisik bangunan masih terawat dengan sangat baik.
Selain maintenance bangunan, nilai orisinalitas juga masih dipertahankan pada bangunan ini. Hal tersebut dilakukan dengan tidak melakukan perubahan-perubahan besar yang dapat merubah bentuk dari bangunan asli. Dengan tetap mempertahankan orisinalitas bangunan, maka terdapat kesan estetis tersendiri pada bangunan.
7. Kodim 0820
Bangunan yang terletak di Jl. Panglima Sudirman  Probolinggo dibangun pada tahun 1953. Di usianya yang sudah menginjak usia 54 tahun ini, kondisi fisik bangunannya masih terlihat baik.
Perawatan yang dilakukan oleh pihak pengelola sangat baik, sehingga menyebabkan bangunan ini tidak mengalami kerusakan fisik yang cukup berarti semenjak awal didirikan. Ciri ornament pada façade bangunan, seperti bentuk kolom, pintu dan jendela, hampir tidak pernah mengalami perubahan yang berarti dari bentukan aslinya. Ciri khas bangunan lama masih kental terlihat pada façade bangunan. Nilai-nilai orisinalitas, estetika, serta maintenance bangunan diterapkan dengan sangat baik pada bangunan ini.
8. Batalyon Zeni Tempur
Bangunan yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Probolinggo ini dibangun pada tahun 1940-an. Di usianya yang sudah menginjak usia 67 tahun ini, kondisi fisik bangunannya masih terlihat baik.
Nilai orisinalitas bangunan masih tampak terjaga. Bentukan-bentukan pada elemen atap, pintu dan jendela masih mempertahankan bentuk aslinya. Hal tersebut juga ditunjang dari sisi perawatan bangunan yang sudah baik, sehingga bangunan memiliki nilai keindahan yang tinggi.
9. Hotel Luxor
Bangunan ini berada di Jl. Dr. Sutomo 76 Probolinggo. Dibangun pada tahun 1940-an, banguna yang telah berusia 67 tahun tersebut kondisinya masih baik.
Keaslian bentuk fisik pada bangunan ini masih terjaga sesuai bentuk aslinya. Hampir tidak terdapat perubahan pada bentukan-bentukan pada elemen atap, pagar beranda, pintu dan jendela, semua masih tetap mempertahankan bentuk aslinya.
10. Hotel Tentrem
Bangunan ini berada di Jl. Panglima Sudirman 19 Probolinggo. Dibangun pada tahun 1940-an, bangunan yang telah berusia 67 tahun tersebut kondisinya masih terlihat baik.
Keaslian bentuk fisik bangunan masih terjaga sesuai bentuk aslinya. Hampir tidak terdapat perubahan pada bentukan-bentukan pada elemen atap, pagar beranda, pintu dan jendela, semua masih tetap mempertahankan bentuk aslinya.
11. Rumah Potong Hewan (RPH)
Bangunan ini berada di Jl. A.Yani 35 Probolinggo. Dibangun pada tahun 1940-an, bangunan yang telah berusia 67 tahun tersebut kondisinya masih terlihat cukup baik.
Orisinalitas bentuk fisik pada bangunan ini masih terjaga sesuai bentuk aslinya. Hampir tidak ada perubahan pada bentuk elemen atap, pintu dan jendela, semua masih tetap mempertahankan bentuk aslinya. Sisi perawatan bangunan juga dilakukan dengan cukup baik, sehingga menunjang nilai estetika bangunan.
12. SDK Mater Dei
Bangunan SDK Mater Dei ini berada di tengah Kota Probolinggo, tepatnya terletak di Jl. Suroyo 36 Probolinggo. Dibangun pada tahun 1926, bangunan yang telah berusia 81 tahun tersebut kondisinya masih terlihat sangat baik.
Bangunan ini masih terjaga kebersihan dan keterawatannya. Sistem perawatan berkala oleh pihak pengelola yang cukup baik menyebabkan bangunan ini tidak mengalami kerusakan fisik yang cukup berarti semenjak awal didirikan. Ciri ornament pada facade bangunan, seperti gevel, kolom yang besar, pintu dan jendela, tidak mengalami perubahan dari bentukan aslinya. Ciri khas bangunan neoclassical masih kental terlihat pada facade bangunan, khususnya pada ornament bukaan bangunan.
Nilai estetika pada bangunan ini telah terjaga dengan sangat baik. Kebersihan, serta perawatan pada fisik bangunan menjadikannya sebagai bangunan yang estetis.
G. Agro Wisata
Kota Probolinggo memang sangat dikenal dengan buah anggur dan mangga. Namun saat ini Pemerintah Kota Probolinggo begitu gencar mempromosikan anggur sebagai produk unggulan kota Probolinggo.
Anggur Prabu Bestari dipilih sebagai buah andalan untuk menarik minat wisatawan. Alasan dipilihnya Anggur Prabu Bestari karena anggur ini mempunyai tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anggur yang lain, yaitu sampai 18 derajat brix. Harganya pun relatif murah berkisar 15 ribu sampai 20 ribu per kilogramnya.
Di agro wisata ini para wisatawan akan diajak untuk memilih, memetik dan menikmati segarnya buah anggur khas kota Probolinggo. Apabila berniat untuk membawanya sebagai oleh-oleh, para wisatawan dapat membelinya di area agro wisata ini dengan harga yang cukup murah dan kualitas anggur yang terbaik.
H. Wisata Kuliner
Kuliner berbagai macam makanan Kota Probolinggo dapat ditemui di sekitar Alun-Alun Kota Probolinggo. Dengan didukung suasana yang nyaman, aman, serta bersih, para pengunjung akan merasakan nikmatnya berwisata kuliner di tempat ini. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau dan sarana transportasi yang mudah, semakin menambah kenyamanan berada di Kota Probolinggo.
I. Wisata Belanja dan Souvenir
Berkunjung ke Kota Probolinggo belum lengkap rasanya tanpa membeli oleh-oleh khas kota Probolinggo. Salah satunya adalah “Le Ollena” yang merupakan pusat oleh-oleh khas kota Probolinggo. Aneka produk khas kota Probolinggo dapat ditemui disini seperti Krupuk Tulang Ikan, Krupuk Ikan Jenggelek, dsb. Tentunya dengan harga yang relatif terjangkau dan jaminan kualitas yang handal.
Selain itu jika wisatawan menginginkan berbelanja sepuasnya dapat dijumpai di Jl. Dr. Soetomo. Dimana di kawasan ini terdapat pertokoan-pertokoan yang menyediakan beraneka kebutuhan, mulai dari pakaian hingga kebutuhan sehari-hari. Diantaranya terdapat KDS Store, Graha Mulia, Sinar Terang, dsb. Harga yang ditawarkan relatif murah dan kualitasnya tak kalah dengan produk di luar kota Probolinggo.
J. ALAMAT PENGINAPAN
  • Hotel Tampiarto
Jl. Suroyo 15 Probolinggo
Telp. 0335-422995
  • Hotel Bromo View
Jl. Raya Bromo Probolinggo
Telp. 0335-427222
  • Hotel Paramitha
Jl. Siaman Probolinggo
Telp. 0335-421535
  • Hotel Ratna
Jl. Panglima sudirman 16 Probolinggo
Telp.0335- 427886
  • Hotel Tentrem
Jl. Panglima sudirman 15 Probolinggo
Telp. 0335-421049
  • Hotel Bromo Permai
Jl. Panglima Sudirman 327 Probolinggo
Telp. 0335-427451
  • Hotel Luxor
Jl. Dr. Sutomo 70 Probolinggo
Telp. 0335-421418
  • Hotel Kemayoran
Jl. Panglima Sudirman 45 Probolinggo
Telp. 0335-428094
  • Hotel Rela Hati
Jl. KH. Agus Salim 10 Probolinggo
Telp. 0335-432725
K. ALAMAT TOUR DAN TRAVEL
  • PT. Prisma Wisata
Jl. Raya Bromo Km. 5 Probolinggo
Telp. 0335-435435
  • PT. Gilang Perkasa
Jl. KH. Achmad Dahlan 41 Probolinggo
Telp. 0335-437135
  • PT. Ananda Tour and Travel
Jl. KH. Achmad Dahlan 41 Probolinggo
Telp. 0335-7604880
  • PT. Pesona Tour
Jl. Mayjen Hartoyo 7 Probolinggo
Telp. 0335-432655
  • PT. Ryan Transport
Perum Sumber Taman Blok MM/10 Probolinggo
Telp. 0335-427264
  • PT. Indah Cemerlang
Jl. KH. Abdul Azis 576 Probolinggo
Telp. 0335-425908
  • PT. AKAS II/NNR
Jl. Raya Bromo Probolinggo
Telp. 0335-436114
  • PT. Indonesia Makmur
Jl. Arif Rahman Hakim Probolinggo
Telp. 0335-428743
  • PT. Mitra Travel
Jl. Raya Bromo 11 Probolinggo
Telp. 0335-431286
  • PT. Maha Bharata
Jl. Soekarno Hatta Probolinggo
  • PT. Rizky Transport
Jl. Soekarno Hatta Probolinggo

No comments:

Post a Comment